IP #292"Menolong Tak Semudah Itu."
Barulah kutahu, bahwa menolong tak semudah yang ku pikirkan.
Ada yang berterimakasih. Namun, ada pula yang tidak tahu terimakasih. Malah ngresulo, karena pertolongan belum memuaskan hatinya. Akhirnya dirasani, dan tersebarlah bahwa kita yang salah dan tak membantu dengan sepenuh hati.
Pelajaran, terus berdatangan melalui perjalanan dalam kehidupan. Ternyata, tidak semua teman dan orang yang kita kenal, bisa dianggap sebagai teman.
Menolong pun, tidak hanya dengan melihat hal itu, karena yang ditolong bisa saja menipu, bahkan mengkhianati apa yang pernah ia ucapkan dan ia janjikan.
Insya Allah, semua kan jadi bahan pembelajaran dan ingatan agar tak sembarang dalam memberikan pertolongan atau bantuan.
Hmm, terakhir "Memang diriku, jelas tak sesuci air yang mengairi. Tak seikhlas, matahari yang menyinari. Tak sebagus Muhammad dalam menasehati. Bahkan, tak sebaik Qobil yang mengubur saudaranya sendiri."
Namun, diriku hanya ingin sedikit berarti. Terserah kamu, bagaimana kamu dalam menilainya nanti.
Sekali lagi dariku, "Jika kau tak bisa menghargai, maka cobalah hidup sendiri. Jika kau tak bisa memegang janji dan suka mengkhianati, maka bersiaplah kau akan dibenci."
Dari semua itu, jika ada salah dariku. Maka, izinkanlah diriku, tuk tak berhenti meminta maaf kepadamu. Kalaupun darimu, semoga Allah pun selalu memaafkanmu, dan tak membuka aibmu, serta tak menyebarkan caci yang ada dalam hatimu.
Akhirnya, barulah kusadari bahwa ketika kita mau membantu atau menolong orang. Maka jangan sampai menyakiti atau mendzolimi yang lain. Laksana pelajaran Nabi Musa as., ketika hendak membela dari kalangannya. Namun, ternyata dari kalangannyalah yang salah.
Kali ini, mungkiin Allah hendak mau mengajarkan kisah Musa itu langsung kepadaku.
Ada yang berterimakasih. Namun, ada pula yang tidak tahu terimakasih. Malah ngresulo, karena pertolongan belum memuaskan hatinya. Akhirnya dirasani, dan tersebarlah bahwa kita yang salah dan tak membantu dengan sepenuh hati.
Pelajaran, terus berdatangan melalui perjalanan dalam kehidupan. Ternyata, tidak semua teman dan orang yang kita kenal, bisa dianggap sebagai teman.
Menolong pun, tidak hanya dengan melihat hal itu, karena yang ditolong bisa saja menipu, bahkan mengkhianati apa yang pernah ia ucapkan dan ia janjikan.
Insya Allah, semua kan jadi bahan pembelajaran dan ingatan agar tak sembarang dalam memberikan pertolongan atau bantuan.
Hmm, terakhir "Memang diriku, jelas tak sesuci air yang mengairi. Tak seikhlas, matahari yang menyinari. Tak sebagus Muhammad dalam menasehati. Bahkan, tak sebaik Qobil yang mengubur saudaranya sendiri."
Namun, diriku hanya ingin sedikit berarti. Terserah kamu, bagaimana kamu dalam menilainya nanti.
Sekali lagi dariku, "Jika kau tak bisa menghargai, maka cobalah hidup sendiri. Jika kau tak bisa memegang janji dan suka mengkhianati, maka bersiaplah kau akan dibenci."
Dari semua itu, jika ada salah dariku. Maka, izinkanlah diriku, tuk tak berhenti meminta maaf kepadamu. Kalaupun darimu, semoga Allah pun selalu memaafkanmu, dan tak membuka aibmu, serta tak menyebarkan caci yang ada dalam hatimu.
Akhirnya, barulah kusadari bahwa ketika kita mau membantu atau menolong orang. Maka jangan sampai menyakiti atau mendzolimi yang lain. Laksana pelajaran Nabi Musa as., ketika hendak membela dari kalangannya. Namun, ternyata dari kalangannyalah yang salah.
Kali ini, mungkiin Allah hendak mau mengajarkan kisah Musa itu langsung kepadaku.