IP #267 "Merangkai Kenangan di Akhir Pembinaan Asrama RK PPSDMS"
"Senyuman itu ada bersama airmata. Kegembiraan itu ada bersama suatu kedukaan. Karunia itu ada bersama bencana. Dan pemberian itu ada bersama dengan adanya ujian."
Seperti biasa ditengah malam yang sepi dan sendiri. Seolah langit pun menyadari, akan perasaan hati malam ini. Tetes demi tetes hujan mulai membasahi bumi malam ini. Seolah, ia menangis karena sebentar lagi akan segera pergi dan tinggal menjadi kenangan. Kenangan 2 tahun silam, yang menjadi salah satu jejak penentu mimpi di masa yang akan datang.
Waktu itu masih terlalu lugu. Tidak tahu apa itu mimpi, apa itu kontribusi, dan apa itu akselarasi hingga kolaborasi. Masih ingat betul, waktu di asrama MIAR Airlangga dulu. Ketika diminta menulis target apa bulan ini oleh kakak angkatan yaitu Mas Mahendra Setyo Hantoro, maka dengan pasti ku tulis lolos PMW dan keterima di Asrama Rumah Kepemimpinan Surabaya. Begitupun yang lainnya yaitu kakak pertama, Gagang Ichwanul Akbar dan kakak kedua, Muhammad Hadi Subarkah. Ya, sejak awal merekalah aktivis, dan pasti keterima dalam hati. Kalaupun saya apalah, sehingga tak banyak yang saya harapkan selain hanya ingin bisa berkumpul dengan lingkungan orang-orang yang baik, terutama baik dalam ibadah dan agamanya.
Hari demi hari berjalan begitu saja setelah beragam tes dilewati, tiba-tiba, siang itu ditengah praktikum tiba-tiba HP bergetar dan ada sms masuk. Ternyata itu sms dari murobbi saat itu, mas Roziki Alianto, bahwa saya dan teman satu kelompok mentoring yaitu Wayan Ahmad Fauzi yang juga sekaligus satu fakultas dengan saya keterima di PPSDMS. Bukannya senang, tapi juga agak bimbang karena ada kontrak dan bagaimana kendaraan nanti untuk mobilisasi dari asrama dari Manyar hingga ke kampus C Universitas Airlangga. Apalagi sepedah habis hilang di kontarkan. Tapi inilah jalannya, Alhamdulillah ada kemudahan rezeki.
Terhitung 3 kali terjadi penggantian supervisor di PPSDMS Surabaya Angkatan 7 ini yatu mas Ilham Azmy dan Mas Jilul lalu mas Hakim dan yang terakhir Mas Fiqly yang ketiganya punya karakter tersendiri dalam membina. Walaupun kadang ada rasa yang gimana, tapi masih teringat perkataan mas Wawan Ismanto selaku Manager RK PPSDMS Regional 4 Surabaya waktu pertama kali dalam penyambutan saat itu, bahwa "Ingat, kita ini keluarga. Maka ketauhilah tak ada satupun orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Maka tolong mulailah percaya kepada kami."
Mulailah jaket hitam itu kukenakan. Tak jarang, ketika di fakultas dikira menjadi pengajar di bimbel Nurul Fikri, karena serasa ini adalah awal pertama angkatan 7 PPSDMS yang berasal dari FST UNAIR. Beragam nilai mulai kudapatkan terutama nilai ROMO (Rendah Hati, Obyektif, Moderat dan Open Mind) yang selalu ditanamkan. Ternyata ini sangat berguna, apalagi ketika berada di pimpinan legislatif yang harus bisa menengahi dan mencari titik temu disemua pihak. Alhamdulillah, hasilnya pun semua sangat memuaskan dan bisa diterima dikedua belah pihak yang bersiteru kala itu. Itulah salah satu contohnya.
Berbagai proses mulai terlihat, dan hasilnya pun mulai tampak dari berbagai alumni yang sudah mulai bisa mewarnai untuk negeri. Ada mas Zacky sebagai CEO Bukalapak, ada mas Dalu dengan gerakan melukis harapan untukmengubah wajah Dolly, ada mas Goris yang membangun Garut, mas Agis dengan gerakan Banten Bangun Desa, dan berbagai alumni dan tokoh-tokoh yang hadir untuk sharing, diskusi, berbagi ilmu baik kehidupan paska kampus, dunia wirausaha, akademis, dan berbagai elemen kehidupan kelak dimasa yang akan datang.
Satu hal yang mulai kutangkap dari kesamaan mereka semua yaitu mereka dulu sama seperti kita, yang tidak tahu dan tidak bisa apa-apa. Tetapi mereka terus bersungguh-sunguh dalam bidangnya, hingga sampai seperti sekarang. Keindahan dan kebahagiaan bukanlah terletak saat kita berada di puncak, tetapi terletak saat-saat menikmati perjuangan tersebut. Man Shabra Zhafira, itulah mantra ajaib yang pasti mereka pahami.
Begitu banyak yang mulai kelihatan. Ada yang menjadi Mawapres, Ketua Organisasi Intra ataupun Ekstra Kampus, Pengusaha Muda, Penulis, dan lain sebagainya. Namun tak dapat dipungkiri pula ada juga yang lain. Ibarat membuat kerajinan tangan dari tanah liat, ada yang hasilnya mulus dan baik namun tak sedikit pula yang rusak bahkan pecah dan tak terbentuk. Tapi inilah proses, tak bisa dijudge atau disalahkan. Bisa jadi mereka yang nanti akan menjadi mutiara dan permata, tingal menunggu waktu saja.
Man Yazra' Yahshud, itulah yang harus dipegang kedepan dalam mengarungi bahtera kerasnya kehidupan. Terus menanam dan menanam, sehingga bukan kita yang menikmati hasil panen tetapi bisa dibagi dan diraskan oleh orang-orang sekitar. Karena mustahil orang akan memanen, tatkala tak pernah menanam. Dan sebaik-baik tanaman, ketahuilah itulah tanaman kebaikan. Akarnya menghujam kedalam, dan buahnya merekah tinggi mengindahkan bagi mata yang memandang.
Mungkin dan pasti diriku masih banyak salah dan kekhilafan, mohon untuk dimaafkan. Jangan lupa semoga bisa terus saling mengingatkan. Mengingatkan dalam kebaikan yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Terimakasih semua atas pembelajaran yang begitu terasakan. Semoga inipun bisa menjadi jejak dan mewarnai jejak-jejak kehidupanku di masa yang akan datang.
Hujan pun mulai reda, sinar permana mulai memecah kegelapan yang ada. Setitik cahaya itu, mulai terlihat. Semoga ini bisa menuntun langkahku, dalam menuju keluar dari kabut dan kegelapan malam. Semoga ini cahaya sejati bukan lagi cahaya semu yang malah menyesakkan hati. Tapi inilah manusia, sering melihat satu nikmat yang tertunda dibandingkan 1000 nikmat yang telah dirasakan. Padahal didalamnya kita pun terus belajar bagaimana memahami rahasia. Sampai jumpa lagi kawan, semoga engkau tak lupakan aku, kelak saat kakimu mau melangkah masuk ke surga. Itulah sedikit harapanku, bukan hanya saudara di dunia tapi hingga saudara di surga.
"Senyum adalah Kunci Kebahagiaan. Cinta itulah Pintu Pembukanya. Kegembiraan menjadi taman bunganya. Iman adalah cahayanya dan keamanan menjadi temboknya. Ketentraman dan Ketenangan menjadi Buahnya. Kebahagiaan pun menjadi Selaksanya."