IP #287 "Anak-Anak yang Mengagumkan."
Tak terasa, sudah lama diri ini tak menulis tentang kegiatan belajar mengajar.
Memasuki tahun ajaran baru dan masuknya murid-murid baru, seolah selalu menarik perhatian, buat para guru.
Ada salah satu hal yang menarik dari salah satu siswa baru. Sambil mendekat, ia pun berbisik dengan wajah polosnya, "Ustadz, Ustadz usianya berapa ya?"
Ada pula, yang mengajak untuk mengajar kelasnya. Makan, bercanda, dan bermain bersama.
Satu hal aneh lainnya, kau tahu apa? Itu, ada siswa yang sebenarnya saya pun tak tega untuk menghukum. Eh, tiba-tiba dia meminta ingin dihukum. Beberapa siswa pun langsung turun, dan jongkok keliling lapangan.
"Kenapa kamu pilih ini?"
"Biar sehat Ustadz,..."
Semangatnya tiada tara, bahkan waktu itu adalah saat sehabis dhuhur yang lagi panas-panasnya.
Sembari beberapa kejadian lainnya, selalu saja ada obrolan menarik dengan para asatidz lainnya.
"Ustadz, kapan menikah dan mau berkeluarga? Saya carikan toh?"
Hmm, kalau sudah masalah ini, hanya mesem itulah yang menjadi ekspresi hati.
Insya Allah, masih ada waktu beberapa bulan kedepan dalam pengabdian. Dan entahlah, diri ini selalu saja kagum pada mereka yang ingin mengabdi, bukan materi yang dicari. Malah terkadang, zona nyaman mereka tinggalkan, hanya sekedar untuk memenuhi panggilan jiwa dalam suatu pengabdian. Mungkin, memang merekalah, anak-anak yang selalu mengagumkan.
Memasuki tahun ajaran baru dan masuknya murid-murid baru, seolah selalu menarik perhatian, buat para guru.
Ada salah satu hal yang menarik dari salah satu siswa baru. Sambil mendekat, ia pun berbisik dengan wajah polosnya, "Ustadz, Ustadz usianya berapa ya?"
Ada pula, yang mengajak untuk mengajar kelasnya. Makan, bercanda, dan bermain bersama.
Satu hal aneh lainnya, kau tahu apa? Itu, ada siswa yang sebenarnya saya pun tak tega untuk menghukum. Eh, tiba-tiba dia meminta ingin dihukum. Beberapa siswa pun langsung turun, dan jongkok keliling lapangan.
"Kenapa kamu pilih ini?"
"Biar sehat Ustadz,..."
Semangatnya tiada tara, bahkan waktu itu adalah saat sehabis dhuhur yang lagi panas-panasnya.
Sembari beberapa kejadian lainnya, selalu saja ada obrolan menarik dengan para asatidz lainnya.
"Ustadz, kapan menikah dan mau berkeluarga? Saya carikan toh?"
Hmm, kalau sudah masalah ini, hanya mesem itulah yang menjadi ekspresi hati.
Insya Allah, masih ada waktu beberapa bulan kedepan dalam pengabdian. Dan entahlah, diri ini selalu saja kagum pada mereka yang ingin mengabdi, bukan materi yang dicari. Malah terkadang, zona nyaman mereka tinggalkan, hanya sekedar untuk memenuhi panggilan jiwa dalam suatu pengabdian. Mungkin, memang merekalah, anak-anak yang selalu mengagumkan.