IP #212 "Jaman Wes Akhir."
Beberapa hari yang lalu,sempat ngobrol dengan teman. Tiba-tiba beliau berkata, "Sun, sudah jaman akhir. Kapan na Nikah, keburu kiamat lo?
Namun, diakhir percakapan kami dapatkan bahwa, "Walaupun banyak orang sekarang yang mengejar dunia, maka pilihan kami adalah bukan menjadikan dunia sebagai tujuan tapi hanya sarana dan ladang subur sebagai belal kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak."
"Ketika cinta hidup, akan lupa mati. Jika cinta dunia, lupa akhirat. Dan jika cinta makhluk, akan lupa Pencipta."
Jaman wes akhir, jaman wes akhir, bumine goyang.
Akale jungkir, akale jungkir, negarane guncang.
Awan berarak, nyawa manusia berserak-serak.
Badai menghantam, laut terbelah, bumi terpecah.
Orang bikin luka, orang menganiaya diri sendiri.
Sirna akalnya, lenyap imannya, hilang jejaknya.
Jaman wes akhir, jaman wes akhir, dunyane sungsang.
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang.
Orang menangis, keranda dibawah gerimis.
Hamba bersimpuh, hamba bersujud, ngeri dan takut.
Orang mencakar, orang menampar wajahnya sendiri.
Hamba terkapar, jiwa terbakar oleh sepi.
Jaman wes akhir, jaman wes akhir, langite peteng.
Atine kafir, atine kafir, uripe meneng.
Duh Gusti Allah, adakah sisa kasih sayangmu?
Hamba celaka, durhaka tidak terkira.
Dimanakah hamba sembunyi dari murka-Mu?
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu.
Jaman wes akhir, jaman wes akhir, banjire bandang.
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir, sing ngarep edan.
Begitulah, sedikit puisi Emha Ainun Nadjib mngenai kondisi zaman saat ini.
Dalam kondisi seperti ini selalu saja tertarik pada syair-syair yang merayu. Merayu pada Tuhan. Salah satunya dari syair Abu Nawas,
"Wahai Tuhan, aku sebenarnya tak pantas masuk Surga. Namun, aku pun tak kuat untuk masuk neraka. Wahai Tuhan, semoga Engkau menerima taubatku dan mengampuni segala dosaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dari segala dosa-dosa besar."
Dan syair diatas, " Duh Gusti Allah, adakah sisa kasih sayangmu?
Hamba celaka, durhaka tidak terkira.
Dimanakah hamba sembunyi dari murka-Mu?
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu."
Hamba celaka, durhaka tidak terkira.
Dimanakah hamba sembunyi dari murka-Mu?
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu."