IP #173 "Benar atau Salahkah Pilihanku"
"Yang menderita hidupnya, kurangkul pundaknya dan kupijit tangannya agar ia percaya bahwa aku sewilayahnya dengannya."
-Emha Ainun Nadjib-
Udara sore itu terasa begitu tenang. Sayup-sayupnya terkadang melambaikan rerumputan, dedaunan hingga pakaian-pakaian yang berada dalam jemuran. Sedikit ketenangan ditengah keramaian kota Metropolitan.
"Benarkah yang sudah kulakukan? Mengapa seolah menyesal mengapa aku tidak menerimanya? Lantas maka beginilah nasibku saat ini. Lalu pantaskah aku hanya menyalahkan Tuhan? atau ini sebagai pembelajaran pendewasaan dalam menentukan sebuah pilihan?"
Entahlah, ada saja sedikit rasa penyesalan itu. Tak dapat kupungkiri itulah yang sedang kurasakan dan bisa jadi kamu pun turut merasakan.
Ketika tiba-tiba ada tawaran kerja di sebuah perusahaan. Tentu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bahkan kira-kira bisa untuk menabung di masa depan dengan tempat yang sudah agak nyaman dan tak jauh dari tempat kediaman.
Lalu mengapa aku menolaknya? Apakah gengsi yang mendasari? ataukah gaji yang kurang tinggi? Akhirnya kesempatan itupun telah digantikan oleh yang lain. Penyesalan tinggalah penyesalan. Dan baru merasakan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tujuan. Itulah salah satu kasus dalam menempuh karir di masa depan.
Selain itu, bisa juga terjadi ketika memilih pasangan. Kenapa tidak langsung aku mengiyakan? Kenapa ada saja dalih yang kucari untuk membenarkan alasanku? Akhirnya menikahlah ia dengan yang lain. Dan baru kurasakan, begitu sulitnya mencari pasangan.
Sudahkah tak ada kesempatan kedua itu? Ini pun bisa terjadi dalam memilih studi, membeli suatu rumah, kendaraan ataupun yang lainnya.
Lantas yang menjadi pertanyaan, dimanakah Tuhan yang Maha Penyayang? ataukah ini memang takdir nasibku yang telah ditentukan jauh sebelum aku dilahirkan?
Sabar kawan, ikhlaslah dalam menjalani kehidupan. Pasrahkan segala yang menjadi keinginan dan impian semua pada Tuhan, lepaskan semua dan bebaskan dirimu sekarang juga. Mulai sekarang, rasakan bahwa beban di pundakmu telah berkurang dan dirimu agak lega.
Ingatlah, tiada Tuhan memberi suatu cobaan atau ujian melainkan dengan kesanggupan hamba-Nya. Dan sadarilah pula, segala apa yang telah terjadi dan menjadi keputusan-Nya, maka itulah yang terbaik. Karena bisa jadi apa yang kita suka dan kita kira baik, itu tidak baik bagi kita. Namun, apa yang kita kira buruk dan tidak suka, malah bisa jadi itulah yang baik bagi kita. Oleh karena itu, teruslah cari hingga kita bisa mensyukurinya dan berpikir positif tentang-Nya.
Begitupun denganku kawan, yang belum sempat kerja di perusahaan dan kemarin malah menolak tawaran. Akhirnya, sekarang menjadi guru, impian sewaktu duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dulu. Begitupun, jujur aku pun syukur ketika aku belum diizinkan untuk pacaran dan belum punya pasangan, ketika budaya pacaran seolah menjadi trend masa modern dan globalisasi ini. Jika waktu itu, aku jadi pacaran, maka belum tentu aku bisa menjadi seperti ini dan meraskan keindahan serta kebahagiaan dalam menikmati masa-masa sendiri waktu remaja.