Cerita Cinta dari Kampus Semesta, Universitas Airlangga Surabaya
“Memang benar bermimpi belum tentu menjadikan
orang besar. Namun, ketauhilah semua orang-orang besar pasti memiliki mimpi.”
“Benarkah
ini kampusku selama kurang lebih 4 tahun kedepan?”, begitulah pertama kali yang
terbersit dalam hati ketika pertama kali menginjakkan kaki di Universitas
Airlangga bersama teman-teman dari satu SMA yaitu SMA Negeri 1 Rengel, Tuban.
Terlihatlah
gedung yang mewah, bertingkat dengan suasana alam begitu asri, yang menyejukkan
disetiap mata yang memandang. Apalagi terhadap pandangan anak desa, yang tidak
pernah pergi ke kota, maka itulah yang selalu dirasa. Lebih lengkapnya bisa
dicek diwebsite www.unair.ac.id,
terkait jurusan hingga beragam fasilitas yang telah disediakan.
Jujur
kawan, saya sangat bersyukur bisa melanjutkan menuntut ilmu di perguruan
tinggi, dan saya waktu itu yaitu tahun 2012 merupakan satu-satunya anak yang
berasal dari desa saya yang bisa kuliah. Desaku bernama Desa Ngrayung terletak
di Kecamatan Plumpang, pelosok kabupaten Tuban.
Setelah
melalui berbagai tes dan pengumpulan berkas-berkas di Universitas Airlangga, ternyata
ada sesi pengarahan dan motivasi dari pihak Rektorat dan Kemahasiswaan UNAIR (Universitas
Airlangga) bagi seluruh mahasiswa yang mendapat beasisswa Bidikmisi. Beasiswa
Bidikmisi ini diperuntukkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang
kurang/ tidak mampu, tetapi berprestasi di sekolahnya.
Inilah
waktu awal, ketika pikiranku terbuka untuk pertama kalinya bahwa anak desa,
anak-anak yang kurang mampu bisa berprestasi, membanggakan orang tua dan
tentunya bisa mengharumkan negeri serta berguna bagi bangsa dan juga agama.
“Anda
semua ini, haruslah sangat bersyukur. Karena sekarang sudah banyak beasiswa
untuk menunjang pendidikan di perguruan tinggi. Salah satunya yang baru-baru
ini yaitu beasiswa Bidikmisi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jujur,
saya juga dulu berasal dari keluarga yang tidak mampu. Karena keterbatasan
dana, maka saya mencari semua data orang terkaya yang ada di Indonesia. Setelah
itu, saya kirimi pesan satu-satu yang berisi kondisi yang saya alami, besarnya
biaya pendidikan di perguruan tinggi. Dengan harapan, supaya ada yang tergugah
dan membantu membiayai pendidikan saya.
Satu
hal yang membuatku cukup terkejut bahwa tidak ada satupun surat saya yang
mendapat balasan. Namun, dimasa-masa putus asa itulah ada seseorang yang
memanggil saya untuk bertemu di kantornya.
“Gak
usah malu, duduk saja. Tenang, walaupun saya nasrani dan beda agama dengan
kamu, saya mau membantu kamu. Karena dalam membantu orang, tidaklah harus
melihat-lihat ras, suku, agama ataupun yang lain. Karena pada dasarnya, manusia
saling membutuhkan dan memerlukan pertolongan satu sama lain.”
Itulah,
yang selalu aku ingat sampai saat ini. Semoga semua kebaikan yang telah aku
lakukan, juga mengalir kepada beliau. Karena tanpanya saya tidak akan bisa
seperti ini”, begitulah ungkap salah seorang guru besar Universitas Airlangga,
yang menjadi pembicara saat itu.
Hari
demi hari berlalu, kadang rindu ingin segera pulang dan bertemu orang tua di
kampung halaman. Namun, kadang juga terlalu asyik dengan padatnya aktivitas
kegiatan organisasi kemahasiswaan dan rentetan tugas serta bertumpuk laporang
praktikum yang harus kuselesaikan. Tiada sedikitpun rasa menyesal, karena ku
yakin inilah bekal untuk hidupku di masa yang akan datang. Inilah masa awal,
masa sebelum masuk beneran kedalam kampus kehidupan. Semua akan jadi
pembelajaran dan bekal menambah pengalaman serta luasnya jaringan pertemanan.
Masih
teringat betul waktu itu, saat masa SMA dan masuk kuliah pertama. Saya sangat
pemalu dan pendiam sekali. Tapi tiba-tiba saja, saya diminta menjadi moderator
kajian di organisasi kerohanian islam di Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
yaitu JIMM (Jama’ah Intelektual Mahasiswa Muslim) oleh ketua departemen saat
itu dan bahkan menjadi PJ (Penanggung Jawab) terhadap berjalannya kajian yang
dilakukan setiap sore sepekan sekali yang ada di FST UNAIR.
Awalnya
memang grogi, keringat bercucuran tiada henti, dan merasa malu setengah mati.
Namun saat ini, baru kusadari manfaatnya bahwa saya mulai berani bicara didepan
umum, bahkan sekarang lebih sering diminta buat memberi motivasi dan mengisi
materi di beberapa organisasi kemahasiswaan (Ormawa).
Selain
itu, semakin bertambah semester tiba-tiba di tahun ketiga diamanahi teman-teman
menjadi ketua BLM (Badan Legislatif Mahasiswa) FST yang sekaligus menjadi
anggota DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa) dan masuk di ormawa tertinggi di UNAIR
bersama ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta ketua dan sekretaris BLM
dari seluruh fakultas dan perwakilan Forkom UKM UNAIR (Forum Komunikasi Unit
Kegiatan Mahasiswa).
Saat-saat
itu pula, di FST lagi sedang ribetnya pembentukan Himapro (Himpunan Mahasiswa
Prodi) yang mulanya dari Himadept (Himpunan Mahasiswa Departemen), serta di
tingkat universitas harus mempersiapkan pemilihan ketua dan wakil ketua Bem
UNAIR. Akhirnya, dari sini ku dapat pelajaran yang begitu berharga yaitu
mengenai manajemen diri dan waktu, membangun jaringan dan terus memberikan
kontribusi terbaik untuk fakultas dan universitas.
Mulai
dari jarang tidur hingga pagi menjelang shubuh, karena harus rapat dan menyusun
agenda kerja. Banyak fitnah dan kata-kata yang tak enak didengar telinga, dari
mereka yang tidak suka. Mengadvokasi, dan menampung segala aspirasi mahasiswa
ke pihak jajaran dekanat hingga rektorat. Dan beragam hal lainnya yang cukup
menyibukkan, apalagi saat itu pula masuk di program pembinaan di beasiswa Rumah
Kepemimpinan PPSDMS Nurul Fikri Regional 4 Surabaya angkatan 7. Satu hal yang
menjadi harapan, semoga semua menjadi pembelajaran, dan pendewasaan di masa
yang akan datang.
Berikut
sedikit puisi yang sempat kutuliskan 15 menit menjelang serah terima jabatan
pada ketua Ormawa FST yang baru periode 2016/2017. Puisi tersebut kuberi judul
“Denganmu Aku Belajar.” Lebih lengkapnya bisa juga dilihat di blog saya yaitu http://sunaliagus.blogspot.com
“Denganmu
Aku Belajar”
Banyak
orang berkata, engkau menyibukkan.
Banyak
pula menyita waktu, pemikiran dan pengorbanan.
Namun,
darimu aku belajar,
Belajar
apa itu arti kebersamaan, kekeluargaan dan apa itu perjuangan.
Namun,
darimu pula aku belajar,
Belajar
apa itu kekecewaan, kesabaran dan juga keihklasan.
Ya,
ketika semua sedang sibuk belajar menyelesaikan tugas, UTS dan UAS,
Namun,
kita malah sibuk menyelesaikan masalah yang harus segera dibahas.
Ketika
yang lain sudah pulang, berkumpul dan bercanda ria dengan keluarga,
Namun,
kita malah sibuk menyusun dan menyelesaikan program kerja.
Ya,
ketika aku meminta kebijaksanaan,
Tuhan
malah memberiku permasalahan, yang harus segera kuselesaikan.
Ketika
aku meminta rasa kasih sayang,
Tuhan
pun, memberiku orang-orang yang membutuhkan dan harus diperhatikan.
Akhirnya,
aku menyadari,
Bahwa,
Tuhan bukan memberi apa yang aku inginkan,
Tetapi
memberi apa yang aku butuhkan.
Satu
hal yang ingin kusampaikan,
Ketika
hidup penuh dengan pengabdian dan pelayanan,
Maka
yakinlah, bahwa hidupmu akan segera langsung dilayani oleh Tuhan.
Hidup Mahasiswa
!!!
Hidup Rakyat
Indonesia !!!
Selamat berjuang
kawan, semoga amanah dan tanggung jawab terhadap apa yang akan engkau lakukan.
Mohon maaf bila ada kesalahan, selama kepengurusan kemarin dan terimakasih atas
partisipasinya.
Selain
berorganisasi, ku coba untuk mandiri dan sudah ada niatan dalam hati sejak
semester ke-2 bahwasanya saya tidak akan minta lagi uang kepada orang tua.
Karena aku pun sadar, orang tua dalam memenuhi kebutuhannya saja terkadang
harus hutang pada tetangga. Sejak saat itu, aku mulai berwirausaha dari makanan
seperti Mamie Rulut (Makanan Ringan Mie Rumput Laut) yang kebetulan mendapat
bantuan dana dari PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa – Kewirausahaan).
Menjelang
semester 5 dan 6, ada tawaran proyek dengan dosen untuk membuat pupuk hayati
atau biofertilizer. Alhamdulillah,
ilmu yang selama ini dipelajari akhirnya bisa teraplikasikan yaitu di bidang
mikrobiologi terapan. Akhirnya, agar manfaatnya lebih luas lagi maka saya
usulkan di PKM-M (pengabdian masyarakat) yaitu di desa saya, desa Ngrayung,
kecamatan Plumpang, kabupaten Tuban, Jawa Timur. Selain itu, juga saya juga
usulkan di Program Mahasiswa Wirausaha, dan alhamdulillah lolos kedua-duanya.
Inilah, pengalaman pertama kalinya bagi saya untuk bersosialisasi, berkumpul
dan merasakan manis pahit penderitaan para petani di negeri ini. Besar harapan,
semoga kedepan ada lebih banyak perbaikan di bidang pertanian, sehingga hidup
mereka bisa lebih sejahtera.
Diawal tahun 2016, tepat saat saya berada di semester 7. Alhamdulillah, saya terpilih menjadi Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) 2 FST UNAIR angkatan 2012. Selain itu juga terpilih menjadi delegasi pemuda muslim dalam acara AMSS (Asean Moslem Student Summit) di Universitas Selangor Malaysia.
Diakhir
perkuliahan, tepat saat semester 8 sebelum wisuda. Alhamdulillah, bisa
menyelesaikan penulisan 5 buku yaitu 2 buku solo dan 3 buku antologi bersama
teman-teman.
Mungkin
inilah, pengalaman yang menjadi jejak-jejak yang tak akan terlupakan dalam
hidupku. Oase laksana mentari pagi, bagi anak desa yang mencoba meraih mimpi.
Bergelayut pelangi-pelangi di senja hari, seolah memberi inspirasi yang
menggugah hati. Perjalanan ini pun akan terus berlanjut kawan. Jika Tuhan
mengizinkan, aku pun berdo’a semoga kita nanti bisa bertemu dalam kehidupan
nyata dengan sukses dan mimpi kita masing-masing. Mimpi membangun negeri dan
berguna bagi bangsa.
Inilah
ceritaku, pengalaman yang begitu menarik dan menyenangkan di kampus semesta,
Universitas Airlangga Surabaya. Semoga inilah langkah awal dari mimpi-mimpiku
di masa yang akan datang.
Universitas
Airlangga !!!
Excellent with
Morallity !!!
Ini ceritaku, mana ceritamu??? Monggo yang berminat bisa turut ikutan lomba Fun Experience with UNAIR. Info selengkapnya cek http://bpp.unair.ac.id/ketentuanlomba/
Mari bersilaturrahim, Penulis (Sunali Agus Eko Purnomo) dapat dihubungi di:
HP/ WA : +6289678370363
ID Line : sunali25
FB : https://id-id.facebook.com/sunali.agus.313
Twitter : https://twitter.com/sunali_agus
Instagram : https://www.instagram.com/sunali_agus/
Email : sunali.agus313@gmail.com
Ask FM : ask.fm/sunaliagus