IP #91 "Ayah, Mulai Ku Rindu"
Pagi ini, begitu banyak nasehat yang didapatkan. Salah satunya adalah mengenai kebaktian kita kepada orang tua yaitu Ayah.
Mungkin banyak diantara kita yang sering melupakan, seberapa besar pengorbanannya. Sering diri ini merasa sedih dan bahkan tak tahu sering keluar air mata ketika melihat seorang ayah yang bekerja.
Lihatlah, seorang bapak dengan tenaganya ia kayuh becaknya. Tidak peduli siang dan malam, tidak peduli panas ataupun hujan. Lihat pulalah, seorang ayah yang dengan semangat yang begitu membara mendorong gerobaknya, berjualan kesana kemari, walau sering tidak diperhatikan sama orang atau pembeli. Lihatlah, seorang bapak yang mengedarkan air sambil menggeret gerobaknya, mengantarkan ke rumah-rumah warga yang membutuhkan, walau upah tak seberapa tinggi tapi ia rela melakukannya. Bahkan tak jarang yang pakai alas kaki, menyusuri bumi ditengah terik matahari.
Sekali lagi, lihatlah. Pagi-pagi sudah pergi ke Sawah, dengan cangkul di pundaknya walau sering tanpa sarapan terlebih dahulu. Seolah panas matahari, telah menjadi teman yang setia menemani. Lihatlah, bagaimana dia bekerja di tengah malam. tak peduli besarnya gelombang, dinginnya malam ia arungi sungai, bahkan laut untuk mendapatkan ikan yang siap dijual walau harganya tak seberapa.
Begitu hebat dia. Begitu bijaksana dia. Ketika seorang anak merengek, bukanlah membentak. Ketika sang anak bertanya, ia pun dengan senang menjelaskan. Ia atur, bagaimana supaya seorang istri dan anak-anaknya jangan sampai lagi susah. Jangan sampai tak makan, jangan sampai kelaparan. Berbagai upaya dan pikiran pun ia kerahkan. Apalagi mengenai pendidikan, kesehatan, dan beragam hal lainnya. Seolah ia rela menanggung semua, tapi jangan sampai sang istri dan anak ikut merasakannya.
Tapi tak tahu mengapa, betapa beratnya seorang istri untuk tersenyum manis menyambut kedatangannya dan berucap terimakasih ketika diberi hasil pendapatannya. Tak tahu juga, sering ia malah dibanding-bandingkan dengan sekitar. Seolah tak terlihat jasa dan pengorbanannya. Walau secara sadar tugas seorang istri atau ibu pun tak kalah berat dengan sang suami atau sang ayah.
Lantas, sudahkah kita mulai mengingatnya. Berbakti dan mohon do'anya. Ataukah malah mulai mengabaikannya. Sekali lagi, bersyukurlah, engkau wahai kawanku tatkala masih ada ayah yang menemanimu.Tatkala ada suami yang menjagamu. Banyak diluar sana, yang sudah tak punya ayah. Banyak pula diluar sana yang tak punya suami. Mungkin, diri ini pun terkadang lupa dan malah sering tak tahu diri.
Lalu bagaimana ketika ayah atau suami sudah meninggal??? Apa yang bisa kita lakukan? Mulailah mendoakan. Mulailah perbaiki amal perbuatan. Durhaka bukanlah hanya berani kepadanya, namun durhaka sejati adalah tatkala kau terus melakukan kemaksiatan hingga dosa pun tertimpakan kepadanya.