Pupuk Berbahan Mikroorganisme ala UNAIR
KOMUNIKA, Jakarta - Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair) Surabaya membuat sebuah inovasi pupuk hayati berbahan mikroorganisme. Pupuk ini mampu menyuburkan dan meningkatkan kualitas tanaman dengan memperbaiki sifat biologis, fisika, dan kimia tanah. Pupuk yang dinamakan BioRhiz ini terbuat dari campuran mikroba penambat N di udara, pelarut fosfat, penghasil fitohormon dan antibiotik, yang berfungsi sebagai anti hama dan anti penyakit pada tanaman.
Adalah Sunali Agus Eko Purnomo (Biologi), A. Saifudin (Kimia), Noor Albaniah (Sistem Informasi), dan Iis Sa’diyah (Matematika) yang mengembangkan BioRhiz. Mereka tergabung dalam kelompok pengabdian masyarakat yang saat ini telah mengaplikasikan karyanya kepada para petani di Desa Ngrayung, Kecamatan Plumpang, Tuban. Pengabdian masyarakat ini dilatarbelakangi banyaknya keluhan masyarakat, termasuk keluarga Sunali terkait kondisi tanah yang semakin keras dan mahalnya harga pupuk.
“Selain untuk menjawab keluhan masyarakat, kami juga ingin membuka wawasan masyarakat bahwa pupuk hayati besar manfaatnya, bisa meningkatkan dan menstabilkan hasil panen tanpa terus memakai obat-obatan kimia yang malah merusak lingkungan,” kata Sunali.
Mereka mendapatkan respon yang baik dari pemerintah dan juga masyarakat setempat. Bahkan Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kota Tuban langsung meminta stok BioRhiz untuk lahannya yang seluas 1,6 Ha yang akan ditanami bawang.
“Awalnya masyarakat banyak yang tidak percaya dan hanya memanfaatkan BioRhiz untuk tanaman di halaman rumah. Namun setelah melihat hasil yang bagus, mereka mulai member tahu kepada sanak saudara dan tetangga,” kata Sunali.
Selain membuat pupuk hayati, mahasiswa FST Unair ini juga membuat perpustakaan tani, membentuk kelompok tani dan menginisiasi adanya koperasi tani di saerah tersebut. Inovasi ini kini juga telah tersebar ke beberapa daerah Jawa Timur, yaitu Lamongan, Gresik, Surabaya dan Sidoarjo berkat tersebarnya informasi dari masyarakat dan sosialisasi sesama mahasiswa.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya bisa memanfaatkan tetapi juga bisa membuat sendiri. Kami sudah berikan pelatihan. Pupuk ini bisa diperbanyak dengan menggunakan media tetes tebu (molase) dicampur dengan air, dengan komposisi 10% mikroba, 1% tetes tebu dan 89% air,” jelasnya.
Cek :