Pengertian dan Cara Optimasi Conversion Rate Optimization
Website toko online-ku rame, tapi kok penjualannya sepi, ya? Nah, kalau itu menjadi pertanyaan Anda saat ini, mulailah menerapkan conversion rate optimization (CRO) dengan lebih baik.
Apa itu CRO? Conversion rate optimization adalah upaya meningkatkan pengalaman pengunjung di website lebih menyenangkan. Tujuannya, ketika sudah nyaman, mereka mau membeli produk, atau aktivitas lainnya sesuai yang Anda inginkan.
Bagaimana caranya? Nah, di artikel ini, Anda akan mempelajarinya dengan lengkap. Bukan hanya pengertian CRO, tapi juga manfaat serta langkah melakukan optimasi tersebut di website Anda.
Mari simak lebih lanjut.
Apa Itu CRO (Conversion Rate Optimization)?
Conversion rate optimization adalah upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang melakukan konversi.
Nah, konversi adalah tindakan pengunjung yang sesuai dengan harapan dari pemilik website.
Contoh konversi antara lain pengunjung membuat akun di website, berlangganan newsletter dengan memberikan data diri lengkap, hingga membeli layanan yang ditawarkan.
Sebelum menerapkan optimasi CRO, tentunya Anda harus tahu seberapa besar pengunjung yang sudah melakukan konversi (conversion rate).
Cara menghitungnya mudah. Anda tinggal membagi jumlah pengunjung yang melakukan konversi dengan total pengunjung di sebuah halaman website, lalu dikali 100.
Selain membantu Anda mendapatkan lebih banyak pelanggan, manfaat conversion rate optimization ada banyak. Mari simak manfaat lainnya di bawah ini.
Apa Saja Manfaat Conversion Rate Optimization?
Setidaknya ada lima manfaat CRO, yaitu:
1. Meningkatkan Keuntungan
Manfaat conversion rate optimization adalah menambah keuntungan Anda. Tapi, seberapa besar keuntungan tambahan yang bisa Anda dapatkan? Supaya punya gambaran, mari simak contoh berikut ini:
Sebuah produk Anda jual dengan harga Rp50.000. Dari seratus pengunjung website, lima di antaranya membeli produk tersebut. Kalau laba tiap produk Rp25.000, keuntungan penjualan adalah Rp.125.000 dengan conversion ratenya 5%.
Kalau Anda berhasil menaikkan conversion rate menjadi 10% saja, artinya akan ada 10 orang yang membeli produk dengan total laba bisnis menjadi Rp250.000.
Faktanya, sudah banyak contoh bisnis keuntungannya naik hingga 16% setelah melakukan optimasi pada strategi CROnya.
2. Memudahkan Anda Memahami Konsumen
Mengapa pengunjung website Anda banyak, tapi hanya sedikit yang membeli? Apakah karena deskripsi produknya kurang menarik? Atau proses checkout belanjaan rumit?
Nah Anda harus mencari tahu penyebabnya dengan upaya conversion rate optimization. Temukanlah bagaimana pengunjung berinteraksi dengan website Anda dan apa yang mereka harapkan darinya.
Sebagai contoh, kalau pengunjung batal membeli produk di tahapan check out, bisa saja karena prosesnya ribet. Jadi, coba buatlah alur belanja lebih sederhana. Kalau perlu, lakukan beberapa ujicoba lain untuk lebih memahami kondisi proses tersebut.
Ketika alur website bisa lebih baik, funnel marketing website tentu akan lebih efektif untuk meningkatkan konversi.
3. Mengurangi Cost per Acquisition (CPA)
Mendatangkan pengunjung website dengan menerapkan strategi marketing itu penting. Namun, lebih penting lagi untuk membuat mereka mau bertransaksi. Sebab, cost per acquisition (CPA) akan jadi lebih rendah
Kenapa bisa begitu, ya?
Katakanlah Anda mengeluarkan biaya Rp1.000.000 untuk mendatangkan 10.000 pengunjung ke halaman sebuah produk. Ternyata, ada 1.000 orang yang akhirnya membeli produk.
Itu artinya, dengan conversion rate 10%, biaya mendapatkan konsumen (CPA) tersebut Rp1.000.
Misalkan conversion rate-nya ditingkatkan menjadi 15%, CPA-nya menjadi Rp1.000.000 : 1.500 = Rp667. Lebih rendah, bukan?
4. Berdampak Positif Terhadap SEO
SEO atau search engine optimization adalah upaya mengoptimalkan website agar mendapatkan peringkat teratas di hasil pencarian Google.
Nah, SEO dan CRO saling memberikan dampak positif.
Penerapan SEO yang baik membuat website dapat banyak pengunjung yang sesuai dengan bisnis Anda.
Dengan melakukan CRO, pengunjung akan betah karena isi website sesuai kebutuhan mereka. Selain itu pengalaman mereka di website memuaskan.
Kesesuaian isi dan kualitas pengalaman pengunjung itu faktor yang Google pertimbangkan dalam menentukan peringkat website. Dengan begitu, peringkat website bisa meningkat.
5. Menghasilkan Pelanggan Tetap
Conversion rate optimization tidak hanya bisa meningkatkan pembelian, tetapi juga jumlah pelanggan tetap.
Contohnya, setelah melakukan pembelian pertama, konsumen bisa Anda tawarkan promo produk yang relevan. Atau, kalau produknya berupa layanan, Anda bisa mengirimkan panduan penggunaannya.
Nah, cara “memanjakan” pelanggan seperti itu penting. Namun, perlu Anda sesuaikan dengan hasil riset dalam proses CRO.
Persiapan sebelum Melakukan Conversion Rate Optimization
Banyaknya manfaat conversion rate optimization pasti membuat Anda tidak sabar untuk segera melakukannya, kan?
Eits, sebelum itu, Anda harus tahu persiapan apa saja yang dibutuhkan untuk CRO, yaitu:
1. Tools Optimasi
Hal pertama yang dibutuhkan untuk conversion rate optimization adalah tools analytics dan platform untuk testing.
Tools analytics adalah tools yang terhubung ke website dan digunakan untuk memantau data pengunjung website. Bisa berupa jumlah pengunjung, asalnya, dan aktivitas di website Anda.
Nah, dengan data yang ditampilkan tools analytics, Anda jadi bisa tahu conversion rate halaman-halaman website Anda. Otomatis, Anda juga bisa mengidentifikasi halaman apa saja yang konversinya sedikit.
Sudah banyak tools analytics yang tersedia, termasuk Google Analytics yang gratis.
Selain tools analytics, Anda wajib menggunakan platform testing. Ini adalah software untuk melakukan A/B testing (eksperimen beberapa desain website yang berbeda). Nantinya, desain website dengan lebih banyak konversilah yang digunakan.
Umumnya, platform testing sifatnya berbayar, contohnya Optimizely dan VWO. Namun, ada juga yang bisa Anda gunakan secara cuma-cuma, seperti Google Optimize.
2. Tim Optimasi
Setelah menyiapkan tools analytics dan platform testing, hal lainnya yang dibutuhkan dalam conversion rate optimization adalah tim yang sesuai. Tim ini meliputi:
- Conversion rate optimization manager: merancang strategi CRO dan memantau pelaksanaannya
- Data analyst: memantau data pengunjung website dan A/B test, serta menggunakan hasil analisisnya untuk mengambil keputusan
- Web designer: membuat desain website untuk A/B test
- Copywriter: membuat tulisan (copy) untuk website
- Web developer: melakukan coding untuk website
Bagaimana jika bisnis Anda masih kecil dan belum memiliki peran-peran di atas? Jangan berkecil hati dulu. Anda tetap bisa melakukan conversion rate optimization dengan belajar langkah-langkahnya di bawah ini!
9+ Langkah Conversion Rate Optimization
Untuk menjalankan conversion rate optimization, Anda harus menerapkan langkah-langkah berikut ini:
1. Tentukan Fokus Anda
Dalam melakukan CRO, Anda tidak bisa mengoptimalkan semua hal sekaligus. Anda harus menentukan masalah yang ingin diatasi terlebih dahulu.
Nah, idealnya Anda fokus di penyebab utama website kurang menghasilkan konversi.
2. Pahami Funnel Marketing Bisnis
Funnel marketing adalah tahapan yang dilalui konsumen ketika berinteraksi dengan bisnis Anda. Mulai dari mengenal bisnis Anda hingga menjadi pelanggan.
Setiap bisnis memiliki panjang funnel marketing yang berbeda. Ada yang tahapannya banyak, tetapi ada juga yang sedikit.
Lalu, kenapa harus memahami funnel marketing dalam melakukan CRO?
Jawabannya, Anda jadi tahu hal-hal yang menghambat konversi di tiap tahap. Maka, Anda bisa menentukan strategi marketing yang lebih tepat untuk mendorong konsumen ke tahap selanjutnya.
3. Pahami Metrik Penting yang Berhubungan
Agar conversion rate optimization lebih optimal, gunakanlah metrik untuk memantau performa strategi search engine marketing Anda secara keseluruhan.
4. Lakukan Benchmarking Data
Kalau tadi Anda sudah mengetahui metrik yang relevan dengan bisnis Anda dan skornya, sekarang saatnya melakukan benchmarking data dengan kompetitor.
Benchmarking data adalah proses membandingkan skor metrik Anda dengan milik beberapa perusahaan lain. Tujuannya, untuk mencari tahu posisi bisnis Anda di dalam persaingan.
Untuk melakukan benchmarking data, Anda membutuhkan riset pasar.
5. Tentukan Target Sesuai Benchmark
Setelah membandingkan skor metrik Anda dengan milik kompetitor, Anda pasti tahu apa saja yang bisa ditingkatkan. Hal itu akan membantu Anda menentukan target conversion rate optimization.
6. Jalankan Solusi Terbaik
Conversion rate optimization adalah upaya jangka panjang. Namun, Anda tetap bisa menerapkan solusi terbaik saat ini untuk menaklukkan hambatan konversi
7. Pantau dan Tingkatkan Performa Website Sesuai Metrik yang Ditentukan
Kalau sudah melakukan solusi terbaik saat ini, bagaimana cara mengetahui efektivitasnya? Jawabannya, dengan melakukan conversion tracking, yaitu mengukur kinerja pemasaran secara umum.
Untuk melakukan conversion tracking, Anda membutuhkan Google Analytics untuk menampilkan metric seperti overall traffic dan bounce rate.
8. Lakukan Riset untuk Mendapatkan Insight Lebih Dalam
Conversion tracking saja tidak cukup mengukur CRO yang dilakukan. Anda juga harus melakukan riset perilaku pengguna di website agar tahu mengapa jumlah konversi tidak sesuai target.
Misalnya, riset tersebut menunjukkan bahwa banyak pengunjung halaman produk tidak tahu harus klik di mana untuk membeli produk. Penyebabnya, tombol call to action “Masukkan ke Keranjang” di halaman itu kurang terlihat jelas.
9. Tentukan Hipotesis
Dengan data dari semua langkah di atas, Anda bisa membuat hipotesis atau dugaan sementara tentang upaya CRO.
Untuk membuat hipotesis, Anda bisa menggunakan formula: “saya percaya X akan berdampak pada X karena X”.
10. Lakukan Testing
Setelah memiliki dua atau beberapa hipotesis, saatnya Anda menguji performanya masing-masing. Ada dua jenis tes yang bisa Anda gunakan untuk melakukannya, yaitu A/B test dan multivariate test.
A/B test, atau split test, adalah pengujian beberapa variasi sebuah halaman website secara bersamaan. Tujuannya, untuk melihat variasi mana yang menghasilkan lebih banyak konversi.
Kalau di multivariate test, Anda menentukan beberapa elemen halaman website dan membuat variasinya.
Apa yang Perlu Dilakukan Setelah Mendapatkan Hasil Testing?
Langkah conversion rate optimization tidak berhenti di pengujian hipotesis saja. Setelah mendapatkan hasil tes, Anda wajib melakukan pengelolaan website. Tujuannya, agar pengalaman pengunjung di website tetap memuaskan.
Selain pengelolaan itu, lakukan juga usability testing untuk mengevaluasi pengalaman pengunjung di website Anda. Yang tidak kalah penting, pantau dan evaluasi terus conversion rate Anda.
Dengan melakukan semua hal tadi, Anda dapat menemukan masalah-masalah di website sejak dini. Tentunya, ini akan mempersingkat siklus conversion rate optimization.